Latest News

Showing posts with label Penghormatan. Show all posts
Showing posts with label Penghormatan. Show all posts

Thursday 25 November 2010

TIDAK APA-APA KELIHATAN ANEH


 TIDAK APA-APA KELIHATAN ANEH
'di hadapan TUHAN aku menari-nari' II Samuel 6:21b.


Siapa yang tidak ingin dihormati dalam hidupnya?  Apalagi sebagai kepala rumah tangga, pada umumnya bapak-bapak ingin dihormati oleh seisi rumahnya.  Logikanya, Daud sebagai kepala rumah tangga tentunya ingin dihormati oleh keluarganya.  Ada satu peristiwa dalam kehidupan Daud ketika ia justru dipandang hina dan rendah oleh istrinya, Mikhal.  Istrinya merasa tidak seharusnya Daud sebagai raja menari-nari apalagi meloncat-loncat di depan budak-budaknya.  Bagi Mikhal ini sesuatu yang memalukan.  Dari sinilah Mikhal tidak suka dengan sikap suaminya, bahkan memandang hina Daud.
Suami mana yang tidak emosi bila tidak dihormati bahkan dipandang hina oleh istrinya?  Bisa jadi Daud marah dan protes, bisa jadi pula Daud mengerti dan diam saja.  Alkitab mencatat dengan jelas bahwa sikap Daud yang kelihatan 'aneh' ini bukan tanpa sebab, bukan tanpa alasan dan tanpa dasar yang kuat.  Sikap Daud ini semata-mata ditujukan kepada Tuhan.  'di hadapan Tuhan..' (II Samuel 6:21b) Daud melakukan hal-hal yang bagi orang lain bisa jadi memalukan dan tidak bermartabat.  Bagi Daud kebesaran dan keangkuhan tidaklah berlaku ketika datang dan mempersembahkan yang terbaik buat Tuhan.  Sikap Daud ketika datang kepada Tuhan adalah dengan kerendahan hati dan rasa syukur yang besar.  Daud tidak ambil pusing dengan hinaan Mikhal, yang penting di melakukan dengan tulus dan untuk Tuhan.
Hari ini banyak orang merasa malu bila semua teman-temannya ke pub/mall sementara dirinya harus ke Gereja untuk ibadah.  Hari ini banyak orang menganggap aneh bila kita berkata-kata sopan sementara semua orang berkata kasar bahkan kotor.  Hari ini banyak orang akan bilang "aneh" bila kita hidup jujur, sopan, dan takut akan Tuhan.  Hari ini bila ada orang yang minta untuk melayani dan bukan melayani dipandang aneh.
Pertanyaan yang perlu kita evaluasi bersama adalah: Apakah kita berani kelihatan 'aneh' di depan banyak orang bila kita melakukan untuk Tuhan?  Aneh di sini bukan melakukan yang salah atau sembarangan, tetapi melakukan sesuatu yang menyenangkan dan berbau harum di mata Tuhan.   Beranikah kita tetap berdoa dan baca Alkitab bila orang di sekitar kita tidak melakukannya?  Beranikah kita berdoa pada saat makan di food court sebuah mall atau tempat umum bila mayoritas bukan Kristen?  Mungkin kita dipandang 'barang aneh' oleh orang-orang sekitar kita, tetapi sesungguhnya  dunia ini membutuhkan saksi Kristus yang hidup.
Saya pernah mendengar sebuah cerita kuno di Eropa tentang seorang bocah yang dianggap aneh oleh guru maupun teman-teman sekolahnya.  Kurang lebih ceritanya seperti ini: Bocah ini disebut aneh karena sikap dan perilakunya yang nyentrik.  Ia memiliki kantong yang besar di bajunya.  Banyak barang-barang di kantong yang dia bawah, yang sebagian orang bilang ini tidak penting.  Ada paku, ada bolpen, ada palu, dan masih banyak hal lain yang unik dan tidak dibutuhkan.  Teman-temannya sering mengejek dan menertawakannya.
Suatu kali ketika papan tulis jatuh dari tempatnya, dan butuh palu untuk memperbaikinya.  Bocah ini langsung maju dan menawarkan paku dan palu.  Suatu kali jam dinding tua di kelas putus pernya, bocah ini memiliki per di kantongnya dan bisa dipakai untuk memperbaiki jam antik itu.  Masih banyak kejadian lain yang pada akhirnya membuat guru dan teman-temannya kagum dan salut dengan bocah ini. 
Bocah ini pada mulanya kelihatan aneh dimata banyak orang, tetapi sesungguhnya ia sangat menjadi berkat buat banyak orang.  Hari ini mungkin dunia melihat orang Kristen yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan itu kelihatan aneh, tetapi inilah yang dibutuhkan oleh dunia yang sedang membusuk ini.  Ada kalanya berkat Tuhan Yesus Kristus hadir dengan mujizat dan tanpa campur tangan manusia  ada kalanya justru lewat anak-anak-Nya lah Tuhan mau berkarya, memberkati dan memulihkan orang-orang di sekitar kita.    Tidak apa-apa koq kelihatan aneh asal kita kerjakan dengan tulus di hadapan Tuhan.  Bener lho' di hadapan Tuhan.  Amin.



Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp 

Wednesday 10 November 2010

YARMULKE






YARMULKE: TANDA MENGHORMATI TUHAN
Kejadian 21:1-7; Galatia 6:15
Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah. Roma 2:29



Pernakah Anda mendengar istilah Yarmulke?  Ini adalah topi kecil yang disematkan di atas kepala sebagai simbol menghormati Allah (honoring God).  Yarmulke atau Kippah/Kipa biasa dipakai oleh orang-orang Yahudi sejak muda.  Mereka yang memakai Kippa dipandang sebagai orang yang saleh.
Budaya Israel, khususnya tradisi Yahudi dalam pemakaian Yarmulke sangat menarik dan memiliki pengertian yang mendalam.  Kita perlu terus mengingatkan dan diingatkan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.  Pemakaian Yarmulke adalah salah satu cara simbolis untuk mengingatkan kita agar senantiasa hidup di dalam Tuhan.  Namun, apabila simbol Yarmulke hanya sekedar di luar dapat tanpa diikuti dengan sikap hati yang saleh, maka topi kecil di kepala justru dapat menjadi kemunafikan dan hal yang tidak ada gunanya.
Abraham adalah salah satu contoh terbaik di kalangan Yahudi, Islam maupun Kristen tentang kesalehan hidup.  Abraham menghormati Tuhan dengan keluarganya, pekerjaannya, dan bahkan seluruh hidupnya.  Abraham menyunatkan Ishak pada hari ke delapan setelah Ishak lahir sebagai simbol perjanjian Tuhan dengan umat-Nya.  Disunat pun adalah simbol kesalehan di Perjanjian Lama.  Namun, apakah berarti orang yang tidak disunat itu tidak saleh dan orang yang bersunat pasti hidupnya dipandang saleh?  Jawabannya adalah tidak.
Sunat adalah ekspresi luar dari sikap hati yang mau percaya dan taat kepada Tuhan.  Intinya bukan terletak pada perbuatan sunat, tetapi pada sikap hati percaya dan mengikut Tuhan.  Abraham dibenarkan bukan karena sunatnya, tetapi karena imannya. 
Hal yang paling penting di dalam sikap menghormati Tuhan adalah sunat rohani, yakni sunat hati dan telinga.  Sunat yang dilakukan di dalam hati lewat pertobatan dan bukan ritual keagamaan atau sekedar religi simbolik.  Tuhan menghendaki setiap orang percaya yang mau beriman kepada Allah menyunatkan diri secara rohani lewat pertobatan dan iman kepada Isa Almasih/Yesus Kristus/Yesua HaMashiach (Kolose 2:11).
Abraham dibenarkan Allah karena imannya bukan karena perbuatan sunat.  Perihal sunat atau tidak sunat bukan lagi menjadi masalah hidup manusia yang diperkenan Tuhan. Paulus memaparkan dengan sangat gamblang bahwa orang Yahudi yang asli, tulen, sejati adalah mereka yang bersunat secara rohani bukan hurufiah.  Seseorang bersunat baik adanya, tidak bersunat juga tidak salah (I Korintus 7:18, bdk.Galatia 5:6; 6:12,15; Kolose 3:11; Kisah Para Rasul 7:51).  Hal yang utama adalah pertobatan dari mengandalkan dan menuruti nafsu diri, beralih kepada mempercayai, mengikut dan menghormati Tuhan.
Sara dan Abraham diberkati Tuhan secara luar biasa selama masa hidupnya.  Sekalipun mereka menjalani kehidupan yang tidak mudah, banyak kerikil kesulitan dan penderitaan, tetapi iman dan perbuatan mereka untuk Tuhan tidak sia-sia.  Abaraham dan Sara menyebut anaknya yang tunggal itu Ishak yang artinya: tertawa.  Arti nama tertawa bukan terhina, terejek, atau bermakna negatif lainnya, melainkan bermakna positif yakni sukacita, gembira, senang dan puji syukur.  Sara bersukacita untuk berkat Tuhan yang menakjubkan dalam hidupnya dan ia mau juga berbagai 'tawa' (baca: sukacita) dengan orang lain (Kejadian 21:6).
Apakah Anda ingin mendapatkan berkat dan janji yang dari Tuhan seperti halnya Abraham dan Sara?  Apakah Anda ingin hidup di dalam Tuhan secara saleh dari dalam hati dan bukan simbolis belaka?  Apakah Anda ingin menghormati Tuhan?  Apakah Anda ingin menghidupi anugerah Tuhan yang besar itu?  Bila jawabannya adalah iya, maka pastikan bahwa diri Anda dan keluarga maupun orang-orang yang  Anda kasihi memperoleh sunat rohani (Kolose 2:11), bukan paksaan tetapi kerelaan dan kesadaran hati di hadapan Tuhan.  Mari kita belajar menjalani hidup yang bersunat telinga dan hati sebagai sikap menghormati Allah.  Kiranya Tuhan menolong kita.  Amin.


Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp

Tags