Latest News

Showing posts with label Tuhan. Show all posts
Showing posts with label Tuhan. Show all posts

Wednesday 25 June 2014

TUHAN



 

TUHAN
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Kejadian 1:1

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-samma dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Yohanes 1:1,2
Karena ada tertulis: “Demi Aku hidup, demikianlah Firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapanKu dan semua orang akan memuliakan Allah.” Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.
Roma 14:11,12
Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik peenrintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
Kolose 1:16,17
Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: “Pujilah Allah kita, hai kamu semua hambaNya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!”
Wahyu 19:5
Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah!” Busuk dan jijik kecurangan mereka, tidak ada yang berbuat bsik.
Mazmur 53:2
Bukti kehadiran Tuhan jauh lebih banyak dari bukti ketidak hadiran-Nya.

Monday 26 May 2014

CAMP MILITERNYA TUHAN

CAMP MILITERNYA TUHAN

(Baca: Lukas 4:1-13)

Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.  Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya. I Korintus 10:13b.

Pernakah Anda mengikuti ret-ret/camping? Saya pernah megikuti camp untuk para pelatih out bound di sebuah markas militer.  Pelatihan yang diberikan bukan hanya teori dan keterampilan tetapi juga ketahanan fisik.  Selain push up, beberapa hari pertama lewat penjelajahan, kaki ini rasanya sakit luar biasa, tetapi hari ke-empat sudah mati rasa. Rupanya semua pelatihan fisik sangat berguna ketika panjat tebing atau menggunakan tali rapeling turun dari ketinggian.  Bisa dibayangkan betapa susahnya rapeling tanpa pemanasan dan ketahanan fisik yang cukup.
Hidup bersama Tuhan seperti berada di camp pelatihan militer.  Tuhan mengijinkan kita melewati masa lalu dengan segala suka duka agar kita memiliki ketahanan untuk menjalani masa kini.  Dicatat di Lukas 4:1, Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Padang gurun boleh disebut pelatihan karena medannya yang terik dan gersang, sepi dan jauh dari fasilitas yang nyaman.  Setelah 40 hari puasa, semua kelemahan dan kebutuhan manusia dapat menjadi liar apabila tidak disertai penguasaan diri.
Yesus menang dari segala pencobaan dasar manusia, mulai dari pangan, sandang, hingga papan yang eksklusif yakni kegemerlapan dunia.  Hal paling akhir dari cobaan yang dialami Yesus seringkali justru orang-orang yang tahu tentang Alkitab-lah yang kerap kali jatuh.  Mengetahui tentang Tuhan, Alkitab, rajin ke tempat ibadah tidak sama dengan mengenal dan berjalan bersama Tuhan.
Apapun yang kita alami saat ini bukan keteledoran Tuhan, bukan pula Tuhan itu jahat tetapi ada agenda-Nya sendiri yang saat kita belum mengerti sekarang.  Jangan putus asa, kecewa apalagi meninggalkan Tuhan. Ikut Tuhan ataupun tidak ikut Tuhan masalah tetap ada. Bedanya, bila bersama Tuhan kita tidak sendiri.  Mari kita dibentuk dalam camp pelatihan militernya Tuhan.  Apakah Anda mau tetap berjalan bersama-Nya? Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.


IKUT TUHAN ATAUPUN TIDAK IKUT TUHAN, MASALAH TETAP ADA. BEDANYA, BILA BERSAMA TUHAN KITA TIDAK SENDIRI.






Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp

Monday 28 October 2013

YARMULKE: TANDA MENGHORMATI TUHAN











YARMULKE:
TANDA MENGHORMATI TUHAN
(Baca: Kejadian 21:1-7; Galatia 6:15)

Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah. Roma 2:29




Pernakah Anda mendengar istilah Yarmulke?  Ini adalah topi kecil yang disematkan di atas kepala sebagai simbol menghormati Allah (honoring God).  Yarmulke atau Kippah/Kipa biasa dipakai oleh orang laki-laki Yahudi sejak muda.  Mereka yang memakai Kippa dipandang sebagai orang yang saleh.
Budaya Israel, khususnya tradisi Yahudi dalam pemakaian Yarmulke sangat menarik dan memiliki pengertian yang mendalam.  Kita perlu terus mengingatkan dan diingatkan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.  Pemakaian Yarmulke adalah salah satu cara simbolis untuk mengingatkan kita agar senantiasa hidup di dalam Tuhan.  Namun, apabila simbol Yarmulke hanya sekedar di luar dapat tanpa diikuti dengan sikap hati yang saleh, maka topi kecil di kepala justru dapat menjadi kemunafikan dan hal yang tidak ada gunanya.
Abraham adalah salah satu contoh terbaik di kalangan Yahudi, Islam maupun Nasrani tentang kesalehan hidup.  Abraham menghormati Tuhan dengan keluarganya, pekerjaannya, dan bahkan seluruh hidupnya.  Abraham menyunatkan Ishak pada hari ke delapan setelah Ishak lahir sebagai simbol perjanjian Tuhan dengan umat-Nya.  Disunat pun adalah simbol kesalehan di Perjanjian Lama.  Namun, apakah berarti orang yang tidak disunat itu tidak saleh dan orang yang bersunat pasti hidupnya dipandang saleh?  Jawabannya adalah belum tentu.
Sunat adalah ekspresi luar dari sikap hati yang mau percaya dan taat kepada Tuhan. Sunat adalah bentuk luar penampakkan saleh.  Intinya bukan terletak pada perbuatan sunat, tetapi pada sikap hati percaya dan mengikut Tuhan.  Abraham dibenarkan bukan karena sunatnya, tetapi karena imannya. 
Hal yang paling penting di dalam sikap menghormati Tuhan adalah sunat rohani, yakni sunat hati dan telinga.  Sunat yang dilakukan di dalam hati lewat pertobatan dan bukan ritual keagamaan atau sekedar religi simbolik.  Tuhan menghendaki setiap orang percaya yang mau beriman kepada Allah menyunatkan diri secara rohani lewat pertobatan dan iman kepada Isa Almasih/Yesus Kristus/Yesua HeMashiach (Kolose 2:11).
Abraham dibenarkan Allah karena imannya bukan karena perbuatan sunat.  Perihal sunat atau tidak sunat bukan lagi menjadi masalah hidup manusia yang diperkenan Tuhan. Paulus memaparkan dengan sangat gamblang bahwa orang Yahudi yang asli, tulen, sejati adalah mereka yang bersunat secara rohani bukan hurufiah.  Seseorang bersunat baik adanya, tidak bersunat juga tidak salah (I Korintus 7:18, bdk.Galatia 5:6; 6:12,15; Kolose 3:11; Kisah Para Rasul 7:51).  Hal yang utama adalah pertobatan dari mengandalkan dan menuruti nafsu diri, beralih kepada mempercayai, mengikut dan menghormati Tuhan.
Sara dan Abraham diberkati Tuhan secara luar biasa selama masa hidupnya.  Sekalipun mereka menjalani kehidupan yang tidak mudah, banyak kerikil kesulitan dan penderitaan, tetapi iman dan perbuatan mereka untuk Tuhan tidak sia-sia.  Abaraham dan Sara menyebut anaknya yang tunggal itu Ishak yang artinya: tertawa.  Arti nama tertawa bukan terhina, terejek, atau bermakna negatif lainnya, melainkan bermakna positif yakni sukacita, gembira, senang dan puji syukur.  Sara yang tadinya tertawa karena ragu akan campur tangan Tuhan yang dahsyat, sekarang bersukacita untuk berkat Tuhan yang menakjubkan dalam hidupnya dan ia mau juga berbagi 'tawa' (baca: sukacita) dengan orang lain tentang kebaikan Tuhan.
Apakah Anda ingin mendapatkan berkat dan janji yang dari Tuhan seperti halnya Abraham dan Sara?  Apakah Anda ingin hidup di dalam Tuhan secara saleh dari dalam hati dan bukan simbolis belaka?  Apakah Anda ingin menghormati Tuhan?  Apakah Anda ingin menghidupi anugerah Tuhan yang besar itu?  Bila jawabannya adalah iya, maka pastikan bahwa diri Anda dan keluarga maupun orang-orang yang  Anda kasihi memperoleh sunat rohani (Kolose 2:11), bukan paksaan tetapi kerelaan dan kesadaran hati di hadapan Tuhan.  Mari kita belajar menjalani hidup yang bersunat telinga dan hati sebagai sikap menghormati Allah.  Kiranya Tuhan menolong kita.  Amin.


Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp


Monday 9 September 2013

LAHAI ROI: SUMUR PERJUMPAAN DENGAN TUHAN












LAHAI ROI:
SUMUR PERJUMPAAN 
DENGAN TUHAN

Kejadian 16:1-16




                                                                                                                                                                                      
'Pernakah Anda mendengar istilah 'Lahai Roi (??? ??? ??)'?  Ini adalah nama tempat di mana Hagar bertemu dan dituntun oleh Tuhan.  Sumur Lahai Roi terletak tidak jauh dari Kadesh-Bered.  Sumur ini pernah menjadi saksi bagaimana Hagar yang tadinya diusir Sarai, dijumpai Tuhan agar kembali kepada tuannya.

Bila kita menelisik lebih dalam tentang kehidupan Hagar, tampak bahwa kehidupannya adalah berat dan sukar.  Hagar menjadi istri ke dua Abram.  Hagar ditindas oleh nyonya Sarai terlepas dari alasan keangkuhannya.  Hagar pada akhirnya dibuang ke padang gurun (Kejadian 21:14).  Hagar sejak dari semula adalah seorang budak Mesir, seorang yang hidup matinya pun tidak mendapat kesempatan membela haknya.

Meskipun hidup Hagar dipenuhi dengan kesulitan dan masalah berat (lihat saja anak Ismail yang jadi seperti keledai liar dan dalam keluarga saling bertengkar, bdk.Kejadian 16:12), namun anugerah Tuhan datang dan menyapanya.  Tuhan mengasihi Hagar meskipun peran Hagar dalam sejarah keselamatan bukan di depan alias peran figuran.  Tuhan tetap mengasihi dan berbelas kasihan atas penderitaan Hagar, baik itu di Mata air dekat Syur (ayat 7) maupun di Bersyeba (Kejadian 21:17-20).

Pelajaran hidup apa yang kita dapat dari LAHAI ROI?  Sumur Lahai Roi melambangkan bahwa hidup ini tidak mudah, tetapi bukan tanpa arti.  Hidup yang berhasil adalah ketika kita mengarahkan diri kepada Tuhan.  Hidup yang berhasil bukan tentang kita, keputusan dan keinginan kita, tetapi tentang menjalani peran kita di dalam tujuan Allah.

Sumur Lahai Roi melambangkan keperdulian Tuhan bahkan kepada orang yang kita sebut kaum kedar, orang yang tidak segaris dengan sejarah agama kita.  Mereka dan kita adalah sama-sama dikasihi Tuhan dan diperdulikan Tuhan dalam kapasitas dan peran masing-masing dalam teater dunia ini.  Kita dipanggil bukan untuk menghindari apalagi memusuhi, tetapi kita dipanggil untuk bersama-sama mewujudkan pekerjaan baik.  Kita dipanggil menjadi garam dan terang bagi sekitar mereka (Matius 5:13-16).

Sumur Lahai Roi melambangkan suatu waktu (moment) di mana setiap orang yang lelah, lesuh, letih dan berbeban berat dapat datang kepada Yesus Kristus, Isa Almasih (Matius 11:28-30).  Saat ini di mana persisnya sumur itu masih susah ditemukan dan banyak perdebatan seputar letak geografisnya.  Kalaupun sumur itu ditemukan mungkin sudah tidak ada air di dalamnya.  Sumur Lahai Roi adalah lambang perjumpaan Tuhan dengan manusia.  Pertanyaannya adalah apakah kita mau mencari dengan sungguh dan menjumpai-Nya?

Sumur Lahai Roi melambangkan pekerjaan Tuhan tidak pernah dibatasi oleh ras, suku, budaya, latar belakang, usia, ataupun status keadaan seseorang.  Pekerjaan Tuhan tidak dibatasi hanya oleh tokoh utama orang-orang yang dipakai Tuhan secara hebat dan sensasional, tetapi pekerjaan Tuhan berlaku pada orang-orang yang sederhana, biasa, dan bisa jadi oleh kebanyakan orang dipandang remeh.  Tuhan mau menuntun hidup setiap orang dari mana saja, apa saja, kapan saja, latar belakang bagaimanapun juga.  Apabila kita mau dituntun, mendapat kelegaan, dan menjalani  hidup yang tidak sia-sia, datanglah ke sumur Lahai Roi.  Di sana Anda akan menemui perjumpaan dengan Tuhan.  Seperti ada tertulis, 'Akulah Jalan, Kebenaran, Hidup' (Yohanes 14:6).  Maukah Anda?  Ambil-lah waktu berdoa kepada-Nya.  Amin.



Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp

Tuesday 30 July 2013

INGATLAH TUHAN!




INGATLAH TUHAN !

(Baca: Kejadian 13:1-18)


Masih ingatkah Anda kapan dan bagaimana Tuhan mengubahkan hidup Anda?  Pernakah Anda merasakan persekutuan yang begitu intim dengan Tuhan?  Kurang lebih inilah yang terbayang oleh Abram ketika keluar dari Mesir.  Sepanjang perjalanan rekaman  pengalaman indahnya bertemu dengan Tuhan terbayang di benak sosok'bapak orang percaya'  ini.  Peristiwa perjumpaan dengan Tuhan inilah yang menjadi tautan makna hidup Abram.
Ketika keadaan sukar dan pandangan ke depan terasa begitu kelabu, di sanalah Abram menetapkan kepercayaannya kepada Tuhan dalam doa (Kejadaian 12:13, KJV).  Ketika keadaan berubah menjadi lancar dan diberkati (Kejadian 13:2,4), Abram tetap mengingat Tuhan yang pernah berbicara kepadanya.  


Bukanlah suatu kebetulan Abraham berjumpa dengan Tuhan dan mendapatkan visi hidup menjadi bapak orang percaya.  Bukanlah suatu kebetulan Abram mengalami masa gagal panen dan kelaparan di Tanah Negeb.  Bukanlah suatu kebetulan Abram mendapatkan banyak harta kekayaan di Mesir.  Bukan pula suatu kebetulan apabila Fir�aun mengusirnya dari Mesir yang makmur.  Tuhan punya rencana dalam hidup Abraham dan keluarganya.  Tuhan punya rencana bagi sejarah keselamatan manusia.
Dengan mengingat Tuhan, maka Abram memperoleh banyak keuntungan untuk tetap berada di dalam rencana Tuhan.  Abram tidak takabur dengan harta kekayaan berlimpah karena ingat Tuhan.  Abram dapat menyelesaikan konflik keluarga di dalam Tuhan dengan Lot.  Abram mendapat peneguhan janji Tuhan ketika tetap hidup di dalam persekutuan dengan-Nya.
Mengingat Tuhan memampukan kita untuk tidak terikat dan diperbudak pada harta kekayaan, tempat tertentu, keadaan tertentu, jabatan atau kenyamanan fasilitas tertentu.  Mengingat Tuhan akan membawa kita pada visi yang Tuhan berikan dalam hidup ini.  Mengingat Tuhan bukan sebuah rumus sistemik dan sistematis menurut cara pandang kita.  Mengingat Tuhan lebih kepada perjalanan bersama dengan Tuhan (Journey with God).


Hari ini, seperti apakah keadaan Anda? Apakah lancar dan diberkati? Apakah sukar dan samar-samar jalan di depan?  Datanglah pada Tuhan dan perolelah kekuatan dari-Nya.  Tuhan punya visi hidup untuk kita jalani, bukan berdasarkan cara kita tetapi berdasarkan rencana-Nya.  Jangan terjebak oleh keadaan sukar atau lancar, oleh orang penting/berpengaruh, oleh kota/daerah tertentu, hanya sekedar oleh  sejumlah penghasilan tertentu.  Ini semua hanya alat dan tidak boleh menjebak kita untuk menjalani hidup yang hanya satu kali ini.  Hiduplah untuk Tuhan dan berjalanlah bersama Tuhan, meskipun Anda merasa tidak jelas ini jauh lebih baik dari pada merasa hidup ke depan jelas tetapi tanpa bersama dengan Tuhan.  Ingatlah Tuhan!


Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp

Tuesday 16 July 2013

KEMANA KAKI MENGINJAK DI SITU NAMA TUHAN DISANJUNG





KEMANA KAKI MENGINJAK DI SITU NAMA TUHAN DISANJUNG TINGGI
(Baca: Kejadian 12:1-9)


Apakah Anda seorang Nasrani? Bila ya, maka bukan lagi suatu pertanyaan bila kita dipanggil untuk mentaati kehendak Tuhan.  Namun dalam kenyataannya sering kali banyak orang percaya gagal mentaati kehendak Tuhan.  Belajar dari sikap hidup Abraham, setidaknya ada dua hal yang dapat kita pelajari bagaimana Abraham bisa mentaati panggilan Tuhan.
Pertama, Abraham sanggup mentaati panggilan Tuhan karena sepenuh hati dan bukan setengah-setengah (Kejadian 12:4-6).  Ketika Abraham mendengar panggilan Tuhan untuk pergi dari Haran, sebenarnya Abraham tidak tahu persis ke mana tujuannya (Ibrani 11:8).  Abraham hanya mengetahui bahwa Tuhan akan membawa ke Tanah Perjanjian, suatu tempat dan keadaan yang menjadi berkat bagi banyak orang.   Abraham pergi berdasarkan janji Tuhan yang diimani dengan sungguh dan sepenuh hati.
Bila dikaji lebih dalam, tampaklah bahwa  Abraham pergi bersama seluruh keluarga dan hartanya bahkan di usia 75 tahun.  Biasa kalau orang merantau adalah pada usia muda atau belum menikah.  Sebagian orang merantau bersama keluarga karena pekerjaan yang pasti menjanjikan, misalnya di perusahaan besar.  Jarang sekali terjadi orang merantau, apalagi seisi keluarga pada usia di atas 50 tahun apalagi menuju tempat yang sebenarnya tidak jelas.
Mungkin ada orang berpikir, 'kenapa tidak Abraham saja yang pergi dulu? '  kan ini adalah usulan yang bagus.  Biarlah Abraham yang pergi dahulu merantau dan melihat janji Tuhan.  Jadi seandainya bila ada susah, kesulitan atau masalah berat, maka yang kena adalah Abraham saja.  Seluruh isi keluarga dan khususnya istri tercinta tidak dirugikan.  'kan kasihan kalau keluarga menderita' adalah pembenaran pernyataan di atas bagi orang yang setuju dengan pemikiran ini.
Alkitab mencatat bahwa Abraham pergi membawa semuanya, tidak setengah-setengah.  Abraham pergi tidak coba-coba, tetapi sepenuhnya.  Dibutuhkan keberanian untuk menggenapi kehendak Tuhan tanpa cadangan.  Dibutuhkan pengorbanan dan iman yang kuat untuk menjalani panggilan Tuhan.  Menjalani kehendak Tuhan tidak dapat setengah hati, sebab itu akan merusakkan apa yang seharusnya dapat dicapai seturut rencana Allah.
Kedua, Abraham sanggup mentaati kehendak Tuhan dengan menegakkan mezbah keluarga dimanapun dia berada (Kejadian 12:7-9).  Abraham bukan manusia sempurna, tentu ada banyak kelemahan seperti Anda dan saya.  Justru di dalam kelemahan, dia mengambil sebuah cara untuk selalu mengingatkan apa yang pernah Tuhan Firmankan dengan mendirikan altar untuk menyembah Allah.
Hari ini banyak keluarga Kristen memiliki mezbah keluarga.  Hal ini sangat baik karena akan mengingatkan seisi rumah tangga bahwa Kristus yang menjadi nahkoda atas bahtera kehidupan mereka.  Dengan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, kita diingatkan akan keberadaan dan panggilan Tuhan.  Altar Allah adalah suatu peringatan, pengingatan dan sekaligus penguatan bagi diri orang percaya.
Abraham mendirikan mezbah Allah sewaktu di dekat Sikhem maupun pada saat pindah ke dekat Bethel.  Mezbah waktu itu sangat sederhana, terbuat dari batu di susun sedemikian rupa untuk menjadi peringatan apa yang Tuhan sudah dan tengah kerjakan dalam hidup Abraham.  Mezbah ini sangat bermakna dalam kehidupan Abraham menjalani panggilan Tuhan.  Seolah-olah Abraham berkata, 'ke mana kaki menginjak, di situ nama Tuhan disanjung tinggi!'

Hari ini apakah Anda dan saya mau mentaati panggilan Tuhan? Bila ya, mari kita mengerjakan ketaatan itu dengan sepenuh hati bukan setengah setengah apalagi asal-asalan.  Bila ya, mari kita mengerjakan ketaatan itu dengan mendirikan mezbah Allah agar kita selalu ingat apa yang telah dikerjakan Tuhan dan apa yang menjadi kehendakNya.  Selamat bergumul.  Amin.




Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp

Tuesday 9 July 2013

MENGGENAPI KEHENDAK TUHAN SEBAGAI GAYA HIDUP





MENGGENAPI KEHENDAK TUHAN SEBAGAI GAYA HIDUP
(Baca: Kejadian 11:10-32)
Sebuah pepatah mengatakan, Satu perbuatan adalah tindakan, berkali-kali tindakan adalah kebiasaan yang akan menjadi perangai/tabiat.  Pepatah ini hendak mengatakan bahwa yang penting dari kehidupan dimulai dari sebuah tindakan dan menjadi gaya hidup yang menyatakan keberadaan orang tersebut.
Peristiwa pasca kekacauan di menara Babel (Kejadian 11:1-10) menempelak umat manusia yang sombong dan berpikir 'saya bisa!' dengan dirinya sendiri.  Kenyataannya, kehendak Tuhan bukan kehendak manusia dan manusia yang berjalan sendiri tanpa Tuhan akan menghadapi kegagalan. 
Silsilah setelah menara Babel menggambarkan rentetan kehidupan manusia dari keturunan Sem hingga Abraham.  Suatu daftar yang dipenuhi dengan nama dan tahun masa hidup.  Menurut perhitungan kasar dari penelitian yang saya baca memperkirakan kehidupan manusia selama sekitar 400 tahun menghasilkan setidaknya lebih dari 18 juta manusia.
Alkitab mencatat Terah mengajak seisi keluarga ke Haran dan Abraham membawa keluarga dari Haran ke Tanah yang dijanjikan Tuhan (Kejadian 12).  Kebiasaan untuk nomaden atau berpindah pindah. Apakah alasan utama pindah? Belum jelas.  Bisa jadi karena masa sulit di tanah yang sulit seperti jamannya Naomi di kitab Rut.  Bisa jadi karena konflik antar keluarga seperti di jamannya Kain dan Habel.  Bisa jadi karena kehendak Tuhan yang memimpin mereka untuk pergi ke tanah yang dijanjikan seperti Abraham.
Bila kita lihat perikop Kejadian 11:10-32 tampaknya hanya sebagai transisi untuk mengantar jejak peristiwa Abraham.  Namun bila dikaji lebih lanjut, terlihat sebuah benang merah adanya rencana Tuhan dalam keselamatan.  Mereka dari generasi ke generasi sedang menggenapi kehendak Tuhan untuk beranak cucu dan memenuhi bumi melalui perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain.
Pada bagian ini, menggenapi kehendak Tuhan dalam Kejadian 1:28 menjadi bagian hidup mereka bahkan gaya hidup mereka.  Mereka sadar ataupun tidak sadar, mau ataupun tidak mau, ingin maupun tidak ingin diarahkan oleh Allah lewat tangan-Nya yang kuat menuju suatu masa depan yang apabila ada anak-anak Tuhan mau taat dan mengasihi akan masuk dalam recana Allah yang indah.  Bilangan Abraham, Musa, Daud adalah titik momentum dalam rangkaian sejarah keselamatan pada datangnya Yesus Kristus sang Juruselamat.
Hari ini kehidupan iman percaya kita adalah seperti setetes air dalam rangkaian lautan dinamika kehidupan.  Setiap hal yang kita lakukan menentukan kehidupan kita di masa yang akan datang.  Setiap tindakan yang kita ambil di dalam Tuhan memberikan pengaruh di masa yang akan datang.  Kebiasaan kita untuk melakukan Firman Tuhan memberikan arti penting bagi kekristenan di sekitar kita bahkan kota ini. 
Sejarah Alkitab tentang hidup Abraham dimulai dari orang-orang di generasi sebelumnya yang biasa melakukan Firman Tuhan (Kejadian 1:28).  Bagaimana bisa muncul kualitas karakter dan kehebatan setara Musa? Abraham dan tokoh-tokoh Alkitab lain?  Ini semua tidak terlepas dari generasi-generasi sebelumnya.  Apakah Anda ingin menghasilkan generasi hebat di masa yang akan datang?  Apakah Anda ingin memberi impact bagi generasi yang akan datang? Bila Anda ingin mengerjakan hidup ini berkenan di hadapan Tuhan, mari kita jadikan melakukan kehendak Tuhan sebagai gaya hidup: di rumah, tempat kerja, tempat studi, di perkumpulan dan di manapun Tuhan tempatkan kita.  Amin.



MAKE IMPACT TO OUR GENERATION, FULFILL GOD'S PLAN FOR YOU.
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp

Tags