Latest News

Showing posts with label FAMILY. Show all posts
Showing posts with label FAMILY. Show all posts

Monday 13 May 2013

AKHIR DARI SEBUAH PENANTIAN




Akhir dari Sebuah Penantian

(Baca: Kejadian 7:1-4)





Bagaimana ya rasanya menunggu sesuatu yang sangat kita nantikan?  Semisal seorang anak menantikan mainan hadiah ulang tahun dari ayahnya; atau seorang remaja yang baru mendapat ranking satu dan menantikan hadiah motor dari orang tuanya; atau seorang pengusaha yang menantikan proyek milyaran rupiah.  Ada berbagai macam perasaan; harapan dan keinginan.
Saya teringat ketika menantikan kelahiran anak pertama, Jonas.  Waktu itu saya menemani istri yang dibawah ke Rumah Sakit Cathrina Booth untuk bersalin.  Ketika istri masuk di ruang operasi dan menantikan detik-detik kelahiran, sungguh mencemaskan.  Banyak pertanyaan timbul waktu itu: 'Bagaimana keadaan ibu dan bayi yang akan dilahirkan?  Apakah semua berjalan lancar?  Seperti apakah nanti anak ini?' 
Meskipun saya berusaha tenang namun tidak dapat dipungkiri terlihat ekspresi perasaan cemas nan gelisah.  Konon katanya sebagian orang yang menantikan anak kedua, ketiga, apalagi ke sepuluh sudah biasa-biasa saja perasaannya.  Tibalah terdengar pintu dibuka dan seorang suster membawa bayi mungil dibungkus kain putih.  Suster ini mengatakan, 'Pak Jeffry ini anaknya.'  Perasaan gembira bercampur haru melihat Jonas yang lahir hari itu.  Inilah akhir dari sebuah penantian kelahiran anak pertama.
Setiap orang bisa saja memiliki penantian yang bermacam-macam kadar harapan dan kerinduannya, tetapi hanya ada satu penantian akhir dari kehidupan: kedatangan hari Tuhan alias kiamat.  Penantian yang satu ini sungguh misterius dan tidak dapat diprediksi secara rinci oleh semua orang. 
Ketika nabi Nuh menantikan datangnya air bah, ia sudah membuat bahtera yang besar persis seperti yang Tuhan perintahkan.  Bisa dibayangkan bahwa semua orang disekitarnya menertawakan dan menganggap aneh karena bahtera yang dibangun Nuh yang konon berada di atas gunung.  Bisa dibayangkan pula Tuhan dan Nuh menanti dengan sabar sambil memberitakan keselamatan tetapi mereka berkeras hati dan terus menolak.
Ketika hari Tuhan tiba, Nuh mendapat kesempatan untuk masuk dalam bahtera keselamatan beserta dengan seisi keluarga dan pasangan-pasangan hewan.  Akhir dari sebuah penantian tiba di jamannya.  Peristiwa ini sudah berlangsung di masa lampau.
Hari ini kitapun menantikan hari Tuhan, bukan dalam dimensi air bah tetapi akhir dari jaman ini.  Perlu kita ketahui bahwa hidup ini sementara dan ada akhirnya; demikian pula dengan jaman yang silih berganti tren akan tiba pada masa pemusnahan.  Hari Tuhan adalah hari di mana Tuhan datang menyelamatkan semua manusia yang dibenarkan karena imannya kepada Yesus Kristus.  Hari Tuhan sekaligus adalah waktu dimana Tuhan akan mengakhiri dunia dan isinya dengan kematian dan hukuman kekal.  Suatu hari yang digambarkan kitab Wahyu sebagai hari kengerian dan penderitaan kekal.
Hendaknya kita semua sadar, bahwa keberadaan kita di dunia ini tidak perduli seberapa enaknya atau seberapa susahnya akan ada masanya berhenti di dunia.  Akhir dari sebuah penantian hidup bukanlah kematian, tetapi kehidupan kekal. 
Marilah selagi ada waktu, kita meneladani Nuh yang beriman kepada Tuhan di dalam ketaatan (I Petrus 3:20).  Nuh dengan sabar terus memberitakan keselamatan dari Tuhan dan datangnya hari bencana.  Seharusnya kita orang percaya juga demikian dengan tidak jenuh-jenuhnya terus memberitakan Injil kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia.
Hari ini, seberapa jauh penantian kita akan datangnya surga?  Jangan-jangan kita lebih menikmati hidup di dunia dengan segala fasilitasnya dan lupa kalau ada surga yang akan datang.  Jangan-jangan kita merasa puas di dunia sehingga lupa akan perintah yang Tuhan Yesus berikan kepada kita untuk pergi menjadikan dunia murid Yesus (Matius 28:19-20). 
Kiranya melalui renungan singkat dari kisah Nuh mengingatkan kita bahwa ada akhir dari sebuah penantian kehidupan, tidak perduli berapa lama dan tidak pastinya akan hidup ini.  Tuhan terus bekerja hingga sekarang, marilah kita terus melayani hingga Tuhan datang.  Amin.
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp

Friday 1 February 2013

PANSUI/ MATI SETENGAH



Pansui/Mati Setengah
(Baca: Kejadian 3:21-24)
Pernakah Anda mengetahui orang yang terkena Pansui/stroke?  Suatu pukulan kehidupan yang sangat berat yang membuat hidup seseorang lumpuh.  Stroke adalah kerusakan permanen dari jalannya fungsi otak yang menggerakan sebagian tubuh.  Orang yang terkena stroke bisa sulit bicara, tidak dapat berjalan, sulit makan, mandi, dan mengalami depresi. 
Stroke biasanya membuat perubahan yang sangat besar bagi seseorang dan keluarganya.  Orang yang terkena pansui bisa tidak ingin hidup, sangat amat frustasi dengan kelumpuhannya, minder (perasaan rendah diri), ingin bunuh diri, sering marah dan bahkan curiga.  Tidaklah heran kemudian nama keadaan ini disebut mati setengah.  Hidup segan, matipun tak mau.
Kehidupan Adam dan Hawa pada waktu jatuh dalam dosa bak terkena stroke rohani.  Manusia mati secara rohani tetapi masih hidup dan fisiknya pun juga hidup.  Manusia diusir dari taman Eden, harus bersusah payah untuk mendapat kesejahteraannya.
Stroke rohani yang dialami manusia adalah keadaan bahwa manusia sudah mati secara rohani dan sedang menuju kematian fisik.  Hidupnya tidak lagi enak seperti di taman Eden, tidak lagi damai dengan alam dan isinya, dan tidak lagi serasa di surga.  Kematian rohani membuat dosa memasuki dunia dan terjadilah semua hal yang rusak, bencana, sakit, hingga kehancuran manusia sendiri. 
Syukur kepada Tuhan, di tengah-tengah kejatuhan dosa manusia Tuhan Allah membuat korban hewan dan memakaikan kulitnya untuk menutupi ketelanjangan manusia.  Korban inilah yang mendamaikan dan menebus manusia.  Gambaran korban pada mulanya adalah hewan, namun untuk membuat manusia selamat dan memperoleh hidup yang kekal dibutuhkan lebih dari korban hewan, yakni : Tuhan Yesus Kristus.
Manusia yang setengah hidup dapat memperoleh pemulihan dan jaminan hidup kembali di surga melalui Yesus Kristus.  Manusia harus bertobat dari dosa-dosanya, percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan mengikut Dia.
Sejak pohon kehidupan disebutkan di taman Eden, Alkitab tidak banyak menyebutkan lagi kecuali di kitab Wahyu.  Manusia akan memperoleh kembali dan bahkan menikmati semua isi pohon kehidupan ketika berjumpa dengan Allah.  Inilah pengharapan manusia boleh hidup kembali.
Hari ini banyak orang terkena stroke dan lebih banyak orang lagi terkena stroke rohani.  Bila orang terkena stroke, dia membutuhkan penerimaan dan kesabaran dari keluarga yang merawatnya (caregiver).  Masa yang dilalui oleh orang yang terkena stroke dan keluarganya tidak mudah dan membutuhkan dukungan masyarakat di sekitarnya.  Orang yang terkena stroke perlu dipulihkan bahwa hidupnya berarti dan mulai mencari kegiatan-kegiatan sederhana yang berarti baginya.
Orang yang terkena stroke rohani mungkin secara fisik dan penampilan terlihat baik, namun sesungguhnya mati secara rohani.  Orang-orang ini tidak mengerti aspek dimensi rohani kecuali lahir baru.  Orang-orang ini perlu mendengar Injil Kristus dan dilahirbarukan.  

Tuhan menyediakan surga, pemulihan dan pertolongan bagi mereka yang mau datang di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.  Pertolongan ini bukan memakai standar dan pengertian manusia sendiri, sebab kita telah sesat dan jatuh dalam dosa.  Hanya dengan standar Allah kita dapat kembali berhubungan baik dengan Allah.  Kiranya Tuhan menolong kita untuk menolong orang-orang yang terkena stroke jasmani maupun rohani.  Ada satu pengharapan, ada satu penghiburan, dan ada satu keselamatan dalam Yesus bagi mereka, bagi kita.  Amin.

Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp 

Saturday 14 July 2012

SATU PAKET




SATU PAKET
(Baca Kejadian 1:1-3)


Allah beserta kita!
Hidup ini bak paket kehidupan.  Ada yang baik dan buruk.  Ada kesukaan dan ada kedukaan.  Ada yang kita senangi dan ada pula yang kita tidak sukai di dalamnya.  Pernakah Anda bertanya-tanya: Mengapa saya dilahirkan di keluarga seperti ini?  Mengapa orang tua saya membuat kami broken home?  Mengapa istri atau suami saya tidak sebaik orang lain?  Mengapa anak saya dilahirkan cacat sementara orang lain anaknya sehat dan pandai?

Terkadang kita tidak mengerti mengapa Allah mengijinkan hal tidak baik terjadi pada hidup kita.  Terkadang kita merasa Allah begitu jauh dan tidak hadir di saat yang gelap dan sunyi itu mencekam hati kita.

Hidup ini satu paket.
Waktu Allah memulai kehidupan di bumi ini, dituliskan 'bumi belum berbentuk dan kacau'.  Allah menciptakan, berarti dari yang tidak ada sama sekali hingga ada namanya bumi yang belum berbentuk waktu itu. 

Apakah Allah senang dan berhenti pada saat bumi masih kacau?  Tidak!  Allah sedang bekerja, dan belum selesai!  Apakah pada waktu itu Allah tidak berkuasa?  Tidak!  Allah belum selesai dg ciptaan-Nya.

Allah lebih menyukai keteraturan daripada kekacauan.  Allah lebih menyukai terang daripada gelap.  Kendati demikian bukan berarti Allah tidak mengijinkan adanya gelap dan kekacauan di bumi ini. 

Allah selesai menciptakan dasar kehidupan pada hari ke enam, dan puncaknya adalah kita manusia, namun Allah belum selesai dengan karya-Nya hingga dunia berakhir.  Allah belum selesai.

Hari-hari ini banyak hal yang buruk terjadi di dunia.  Ada banyak bencana.  Ada banyak kejahatan.  Ada banyak hal yang kita pikir tidak seharusnya terjadi, namun menimpa diri kita.  Ini semua bukan berarti Allah lepas tangan.  Ini juga bukan berarti Allah tidak berkuasa atas keadaan kita.  Allah belum selesai.

Tujuan Allah mencipta adalah untuk kemuliaan-Nya.  Tujuan Allah mencipta adalah untuk kesenangannya yang sempurna dan baik adanya.  Bila semua yang manusia ingin terwujud, maka terjadilah kekacauan.  Syukur kepada Allah!  Allah belum selesai dengan ciptaan-Nya!

Bila hari ini kita mencari tujuan hidup.   Bila hari ini kita ingin mendapat kelepasan dan  pemulihan dari Allah, mulailah dari Allah dan bersama Allah.  Allah belum selesai dengan kita!  Kehidupan ini satu paket.  Bila kita dengan Allah, maka kita berada di pihak yang benar, pihak yang baik dan pihak yang menang!

Hidup ini satu paket.  Bila kita memiliki orang tua yang berantakan, itu bukan kutukan.  Bila kita memiliki suami/istri yang mengecewakan, itu bukan akhir dari kehancuran.  Bila jodoh belum juga datang, bukan berarti hidup kita ini gagal.  Bila anak tidak seperti anak orang lain, bukan berarti tidak ada rencana Allah yang indah.  Allah belum selesai dengan kita. 
Apakah kita akan mengakhiri hubungan dengan Allah dan mencari paranormal?  Bila Allah belum menjawab apakah dukun adalah pelariannya?
Ingat, kehidupan ini satu paket!  Allah belum selesai dengan kita.
Bila kita memulai dan bersama dengan Allah, maka Tuhan akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya!

Amin.  Tuhan beserta kita.


Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp

Tuesday 14 February 2012

TINGGAL DAN MEMBANTU





TINGGAL DAN MEMBANTU

Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku
dalam segala pencobaan yang Aku alami.
Lukas 22:28


Di pinggir jalan trotoar bilangan jalan kenjeran-Surabaya, Anda akan menemukan sebuah keluarga berjualan nasi penyet  Madiun.  Mereka berjualan dari sore hari hingga tengah malam.  Peristiwa yang menarik saya adalah seorang gadis kecil berusia sekitar 10 tahun yang membantu orang tuanya.
Apa yang dilakukan gadis kecil ini?  Ia membantu membersihkan meja makanan, menyapu, dan membantu membereskan segala peralatan warung orang tuanya.  Dalam hati saya bertanya: "Bukankah gadis kecil ini seharusnya sudah tidur di tengah larut malam?  Apakah dia besok tidak sekolah?  Apa yang membuat dia rajin dan sukacita membantu orang tuanya?  Karena terpaksa atau dengan pengertian?"
Ketika mengamati kenyataan kehidupan sebuah keluarga penjual nasi, saya melihat betapa beruntungnya banyak remaja dan siswa-siswi yang saya jumpai di sekolah maupun di gereja.  Banyak anak yang malas membantu orang tuanya, di sekolah malas belajar, di rumah kerjanya main game dan tidur puas.  Andai saja mereka melihat apa yang saya lihat, mereka akan lebih mensyukuri dan menggunakan hari-hari yang ada.
Gadis kecil ini tinggal bersama orang tuanya selama jam kerja malam mereka.  Ia menahan rasa ngantuk dan lelah demi membantu nafkah orang tuanya.  Setahu saya penghasilan untuk menjual nasi penyet di sana dapat dikatakan sedikit.  Kendati demikian, gadis ini tetap tinggal dan membantu.  Gadis ini mendukung orang tuanya.
Sungguh suatu penghiburan dan kekuatan bila ada orang yang mendukung khususnya pada saat mengalami kesulitan.  Inilah yang diharpkan Yesus di malam terakhir Yesus akan disalibkan.
Yesus mengalami pencobaan yang luar biasa berat di taman Getesemani.  Ia tahu waktunya sudah tiba.  Ia membutuhkan dukungan dari para murid.  Sayangnya, mereka bukannya mendukung dan memahami apa yang sedang dialami Yesus, mereka justru ribut soal siapa yang terbesar diantara mereka yang kelak diangkat di kerajaan Tuhan.
Yesus menjelaskan arti menjadi pemimpin yang melayani.  Yang lebih besar, lebih dewasa, lebih hebat justru melayani.  Yesus yang seharusnya mendapat dukungan dan dilayani pada masa-masa sukar ini, justru menunjukkan tindakan melayani dan menyempatkan diri menghibur, menasihati dan mengajar mereka.
Tinggal bersama dan membantu orang lain memiliki lika-liku dan seni tersendiri.  Bisa jadi disalahpahami, justru merepotkan karena beda persepsi, dsb.  Singkatnya tinggal bersama dengan maksud mulia harus siap menanggung resiko pengorbanan.  Itulah yang dilakukan para murid mendukung Yesus.  Apakah yang dapat kita lakukan untuk mendukung Yesus dalam perwujudan orang tersisih dan terhimpit?  Kiranya Tuhan menolong kita.

 Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp

Tuesday 21 June 2011

SEPERTI AYAH MENDIDIK ANAKNYA


SEPERTI AYAH MENDIDIK ANAKNYA
Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.  Mazmur 32:8

Saya melihat seorang ayah tengah mendidik anaknya mengenai sopan santun ketika mengotak-atik barang orang lain.  Ayah ini melarang anaknya untuk menyentuh sebuah handycam yang dipasang di sebuah tripod. 
Dengan antusias  anak ini ingin mengetahui benda yang jarang dilihatnya.  Anak ini tidak menghiraukan perkataan orang tuanya, karena begitu heran dan asyik mengamati benda kecil yang menampilkan gambar bergerak.
Melihat perkataan dirinya yang tidak digubris apalagi justru melihat anaknya makin mendekati tiga kaki penyangga dari aluminium ringan itu, sang ayah segera 'menylentik' telinga anaknya.  Kontan saja anaknya terkejut dan langsung diam.
Saya kagum, sang ayah tidak memukul, menampar, apalagi memaki-makin supaya anaknya tidak mendekati handycam kecil itu.  Anak ini beruntung memiliki ayah yang sayang dan perhatian kepadanya.  Tidak lama setelah dilarang, anak kecil ini digendong dan dipeluk oleh ayahnya.
Kurang lebih seperti inilah yang dilakukan Tuhan kepada kita dalam mendidik dan membimbing jalan hidup.  Pemazmur Daud menggambarkan dengan jelas arti sikap Bapa terhadap anak-anak-Nya.  Bapa yang baik bukan saja memberitahu yang mana benar dan yang mana salah, tetapi juga memberikan pengampunan dan kesempatan bagi yang terjatuh di dalam dosa.  Tuhan tidak berdiam diri, tetapi mendidik dan bila perlu menghajar anak-anak-Nya supaya bertobat dan kembali di dalam pelukan kasih-Nya.
Ketika Daud jatuh di dalam perbuatan dosa, ia merasakan ketidaknyamanan dan ketidakdamaian dalam hatinya.  Ia menggambarkan keadaannya sebagai tulang-tulang yang lesuh sepanjang hari.  Sampai ia mengakui dosanya dan bertobat, barulah Daud merasakan yang namanya berbahagia!
Ketika Tuhan memandangkan wajah-Nya kepada orang percaya, Ia sedang mendidik dan menunjukkan jalan yang harus ditempuh.  Jikalau orang percaya itu begitu asyik dan terbuai terhadap hal-hal duniawi, maka Tuhan akan memperingatkannya.  Jikalau orang percaya itu masih belum sadar akan bahaya yang sedang diperingatkan, Tuhan akan 'menylentik telinganya'.  Sesudah orang percaya itu sadar dan mau berubah, diampuninyalah dan dipeluk dalam dekapan kasih Bapa.
Relasi kehidupan kita dengan Tuhan  adalah sama dengan relasi kehidupan Daud dengan Tuhan.  Hubungan  Tuhan dengan kita adalah Bapa terhadap anak.  Ada kalanya Bapa tersenyum melihat kita yang unik.  Bisa jadi mengerutkan dahinya ketika kita mulai 'nakal' dan 'menylentikan' tangan-Nya ketika kita tidak dengar-dengaran.  Marilah kita belajar tidak terbuai di dalam dunia, tetapi belajar mendengar dan mentaati Firman-Nya.  Amin. 

Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp 

Tags